“Daerah kami banyak sungai, ketika hujan dengan intensitas deras mengguyur itu sangat memberikan risiko bencana kepada masyarakat, salah satu alternatif dan upaya yang dilakukan adalah menanam bambu di sepanjang sungai,” ucap Bupati Sigi Mohamad Irwan, di Sigi, Kamis.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi mengakui bahwa daerah itu rentan terhadap bencana alam banjir bandang dan longsor. Belum lagi, daerah itu masuk dalam jalur patahan gempa.
Menurut dia, perlu ada inovasi dan gerakan bersama untuk membangun mitigasi dan pencegahan bencana alam banjir bandang dan longsor, yang salah satunya yaitu mengembalikan kualitas daerah aliran sungai dengan menanam bambu.
Bambu, ujar dia, menjadi satu penahan air dan material dari sungai, sekaligus berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan utamanya DAS.
Olehnya, kata dia, program sejuta bambu ini dilaksanakan di semua desa di Kabupaten Sigi, melibatkan masyarakat dan pemerintah desa.
Selain ditanami di sekitar daerah aliran sungai, Mohamad Irwan bambu juga ditanam di kawasan-kawasan di luar sungai di setiap desa. untuk mencegah terjadi longsor.
“Selain berfungsi untuk pengurangan risiko bencana, bambu yang disediakan juga bernilai ekonomis, sehingga masyarakat desa dapat memelihara dan mengembangankannya. Tentu harus memperhatikan aspek lingkungan,” ujarnya.
Ia menyebut, untuk optimalisasi program sejuta bambu, Pemkab Sigi menggandeng Yayasan Bambu Lestari. Kerja sama juga akan berdampak pada peningkatan sumber daya manusia di desa dalam budidaya dan pengembangan bambu.
Terkait hal itu Direktur Yayasan Bambu Lestari Monica Tanuhandaru mengemukakan upaya Pemkab Sigi dalam pengurangan risiko bencana alam banjir bandang dan longsor, dengan menggunakan fungsi bambu sebagai pencegah bencana, sangat sesuai dengan fungsi bambu itu sendiri.
“Bambu bermanfaat untuk kultural, ekologi, dan ekonomi. Kami sangat mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Sigi, dan siap bekerja sama untuk membangun Sigi,” katanya.
Menurut diai, pemanfaatan bambu oleh dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Akan tetapi, hal itu perlu diawali dengan melakukan pemetaan potensi bambu dan jenis bambu yang ada.
Selain itu, kata Monica, perlu juga adanya pemetaan dan klasifikasi tanaman agroferestri yang dapat mendampingi tanaman bambu.
“Untuk itu, kami akan melatih masyarakat di sekolah lapang bambu, untuk peningkatan kapasitas,” ujarnya.